Ada yang kaya dan ada yang miskin. Ini semua ada hikmah yang patut 
kita renungkan. Kali ini penulis utarakan ada lima hikmah di balik 
penetapan seperti itu.
Hikmah 1: Kaya dan Miskin Bentuk Keadilan Allah
Allah 
Ta’ala berfirman,
وَاللَّهُ فَضَّلَ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ فِي الرِّزْقِ
“
Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rezeki.” (QS. An Nahl: 71)
Dalam ayat lain disebutkan,
وَلَوْ
 بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ وَلَكِنْ 
يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ
“
Dan jikalau Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya 
tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah 
menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha
 Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.” (QS. Asy Syuraa: 27)
Ibnu Katsir 
rahimahullah lantas menjelaskan, “Seandainya 
Allah memberi hamba tersebut rezeki lebih dari yang mereka butuh, tentu 
mereka akan melampaui batas, berlaku kurang ajar satu dan lainnya, serta
 akan bertingkah sombong.” (
Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 6: 553)
Selanjutnya Ibnu Katsir menjelaskan lagi, “Akan tetapi Allah memberi 
rezeki pada mereka sesuai dengan pilihan-Nya dan Allah selalu melihat 
manakah yang maslahat untuk mereka. Allah tentu yang lebih mengetahui 
manakah yang terbaik untuk mereka. Allah-lah yang memberikan kekayaan 
bagi mereka yang Dia nilai pantas menerimanya. Dan Allah-lah yang 
memberikan kefakiran bagi mereka yang Dia nilai pantas menerimanya.” (
Idem)
Hikmah 2: Ada yang Pantas Kaya dan Pantas Miskin
Allah 
Ta’ala berfirman,
إِنَّ رَبَّكَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ إِنَّهُ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيرًا بَصِيرًا
“
Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia 
kehendaki dan menyempitkannya; Sesungguhnya Dia Maha mengetahui lagi 
Maha melihat akan hamba-hamba-Nya.” (QS. Al Isra’: 30)
Dalam ayat di atas, di akhir ayat Allah berfirman (yang artinya), “
Sesungguhnya Dia Maha mengetahui lagi Maha melihat akan hamba-hamba-Nya”.
 Ibnu Katsir menjelaskan maksud penggalan ayat terakhir tersebut, 
“Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Maha Melihat manakah di antara 
hamba-Nya yang pantas kaya dan pantas miskin. Sebagaimana disebutkan 
dalam hadits,
إِنَّ
 مِنْ عِبَادِى مَنْ لاَ يَصْلُحُ إِيْمَانُهُ إِلاَّ بِالغِنَى وَلَوْ 
أَفْقَرْتُهُ لَكَفَرَ، وَإِنَّ مِنْ عِبَادِى مَنْ لاَ يَصْلُحُ 
إِيْمَانُهُ إِلاَّ الفَقْر وَلَوْ أَغْنَيْتُهُ لَكَفَرَ
“Sesungguhnya di antara hamba-Ku, keimanan barulah menjadi baik jika 
Allah memberikan kekayaan padanya. Seandainya Allah membuat ia miskin, 
tentu ia akan kufur. Dan di antara hamba-Ku, keimanan barulah baik jika 
Allah memberikan kemiskinan padanya. Seandainya Allah membuat ia kaya, 
tentu ia akan kufur”. (Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam Hilyah 
Al-Auliya’ 8: 318 lewat jalur Al-Hasan bin Yahya Al-Khasyniy, dari 
Shidqah bin ‘Abdillah, dari Hisyam Al Kanani, dari Anas. Hadits ini 
dha’if). (
Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5: 71)
Hikmah 3: Kaya dan Miskin Sama-Sama Ujian
Dari Al-Hasan Al-Bashri, ia berkata,
كتب
 عمر بن الخطاب، رضي الله عنه، هذه الرسالة إلى أبي موسى الأشعري: واقنع 
برزقك من الدنيا، فإن الرحمن فَضَّل بعض عباده على بعض في الرزق، بل يبتلي 
به كلا فيبتلي من بَسَط له، كيف شُكره لله وأداؤه الحق الذي افترض عليه 
فيما رزقه وخوله؟ رواه ابن أبي حاتم
“Umar bin Al-Khattab 
radhiyallahu ‘anhu pernah menuliskan surat kepada Abu Musa Al-Asy’ari yang isinya: Merasa cukuplah (
qana’ah-lah) dengan rezeki dunia yang telah Allah berikan padamu. Karena 
Ar-Rahman
 (Allah Yang Maha Pengasih) mengaruniakan lebih sebagian hamba dari 
lainnya dalam hal rezeki. Bahkan yang dilapangkan rezeki sebenarnya 
sedang diuji pula sebagaimana yang kurang dalam hal rezeki. Yang diberi 
kelapangan rezeki diuji bagaimanakah ia bisa bersyukur dan bagaimanakah 
ia bisa menunaikan kewajiban dari rezeki yang telah diberikan padanya.” 
(HR. Ibnu Abi Hatim. Dinuki dari 
Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 4: 696)
Hikmah 4: Kaya Bisa Jadi Istidraj (Jebakan Berupa Nikmat yang Disegerakan)
Bisa jadi ada yang mendapatkan limpahan rezeki namun ia adalah orang 
yang gemar maksiat. Ia tempuh jalan kesyirikan –lewat ritual pesugihan- 
misalnya, dan benar ia cepat kaya. Ketahuilah bahwa mendapatkan limpahan
 kekayaan seperti itu bukanlah suatu tanda kemuliaan, namun itu adalah 
istidraj. 
Istidraj artinya suatu jebakan berupa kelapangan rezeki padahal yang diberi dalam keadaan terus menerus bermaksiat pada Allah.
Dari ‘Uqbah bin ‘Amir 
radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah 
shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا
 رَأَيْتَ اللهَ تَعَالَى يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا مَا يُحِبُّ 
وَهُوَ مُقِيمٌ عَلَى مَعَاصِيْهِ فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِنهُ اسْتِدْرَاجٌ
“
Bila kamu melihat Allah memberi pada hamba dari (perkara) dunia 
yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan 
kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan 
berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah.” (HR. Ahmad 4: 145. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini 
hasan dilihat dari jalur lain).
Syaikh As Sa’di menyatakan, “Ketika mereka melupakan peringatan Allah
 yang diberikan pada mereka, maka dibukakanlah berbagi pintu dunia dan 
kelezatannya, mereka pun lalai. Sampai mereka bergembira dengan apa yang
 diberikan pada mereka, akhirnya Allah menyiksa mereka dengan tiba-tiba.
 Mereka pun berputus asa dari berbagai kebaikan. Seperti itu lebih berat
 siksanya. Mereka terbuai, lalai, dan tenang dengan keadaan dunia 
mereka. Namun itu sebenarnya lebih berat hukumannya dan jadi musibah 
yang besar.” (
Tafsir As Sa’di, hal. 260).
Hikmah 5: Miskin Bisa Jadi Sebagai Hukuman atas Dosa
Ibnu Katsir 
rahimahullah berkata, “Kekayaan yang diberikan 
pada sebagian orang bisa jadi sebagai bentuk istidraj (jebakan untuk 
mereka). Miskin pula sebagai hukuman atas dosa. Moga Allah melindungi 
kita dari kedua hal itu.” (
Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5: 71)
Kesulitan dalam hal rezeki bisa jadi sebagai bentuk hukuman atas dosa
 yang diperbuat. Bisa jadi karena lupa pada Allah dengan meninggalkan 
shalat, bisa pula sampai pada berbuat syirik pada Allah. Allah 
Ta’ala berfirman,
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
“
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan 
oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar 
(dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syura: 30).
Sumber : https://rumaysho.com/10994-hikmah-ada-yang-kaya-dan-miskin.html