Kamis, 10 Desember 2015

Faedah Tauhid , Syafa’at dan Kemuliaan Nabi

Hadits berikut adalah hadits kedelapan yang membicarakan faedah tauhid. Di dalamnya diceritakan mengenai syafa’atul ‘uzhma (syafa’at terkhusus untuk Muhammad) dan kemulian Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ شُفِّعْتُ ، فَقُلْتُ يَا رَبِّ أَدْخِلِ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ خَرْدَلَةٌ . فَيَدْخُلُونَ ، ثُمَّ أَقُولُ أَدْخِلِ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ أَدْنَى شَىْءٍ » . فَقَالَ أَنَسٌ كَأَنِّى أَنْظُرُ إِلَى أَصَابِعِ رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم –
“Pada hari kiamat, aku diberi syafa’at. Aku berkata, “Wahai Rabbku, masukkanlah dalam surga orang yang masih punya iman sebesar biji sawi.” Mereka memasukinya. Aku pun berkata, “Masukkanlah dalam surga orang yang masih punya iman walau rendah.” Anas berkata, “Seakan-akan aku melihat (isyarat) pada jari-jemari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Bukhari no. 7509)
Lalu disebutkan hadits syafa’at yang panjang seperti pada riwayat dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
فَيَأْتُونَ عِيسَى فَيَقُولُ لَسْتُ لَهَا وَلَكِنْ عَلَيْكُمْ بِمُحَمَّدٍ – صلى الله عليه وسلم – فَيَأْتُونِى فَأَقُولُ أَنَا لَهَا . فَأَسْتَأْذِنُ عَلَى رَبِّى فَيُؤْذَنُ لِى وَيُلْهِمُنِى مَحَامِدَ أَحْمَدُهُ بِهَا لاَ تَحْضُرُنِى الآنَ ، فَأَحْمَدُهُ بِتِلْكَ الْمَحَامِدِ وَأَخِرُّ لَهُ سَاجِدًا فَيُقَالُ يَا مُحَمَّدُ ارْفَعْ رَأْسَكَ ، وَقُلْ يُسْمَعْ لَكَ ، وَسَلْ تُعْطَ ، وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ . فَأَقُولُ يَا رَبِّ أُمَّتِى أُمَّتِى . فَيُقَالُ انْطَلِقْ فَأَخْرِجْ مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ شَعِيرَةٍ مِنْ إِيمَانٍ . فَأَنْطَلِقُ فَأَفْعَلُ ثُمَّ أَعُودُ فَأَحْمَدُهُ بِتِلْكَ الْمَحَامِدِ ، ثُمَّ أَخِرُّ لَهُ سَاجِدًا فَيُقَالُ يَا مُحَمَّدُ ارْفَعْ رَأْسَكَ ، وَقُلْ يُسْمَعْ لَكَ ، وَسَلْ تُعْطَ ، وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ ، فَأَقُولُ يَا رَبِّ أُمَّتِى أُمَّتِى . فَيُقَالُ انْطَلِقْ فَأَخْرِجْ مِنْهَا مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ أَوْ خَرْدَلَةٍ مِنْ إِيمَانٍ . فَأَنْطَلِقُ فَأَفْعَلُ ثُمَّ أَعُودُ فَأَحْمَدُهُ بِتِلْكَ الْمَحَامِدِ ، ثُمَّ أَخِرُّ لَهُ سَاجِدًا فَيُقَالُ يَا مُحَمَّدُ ارْفَعْ رَأْسَكَ ، وَقُلْ يُسْمَعْ لَكَ ، وَسَلْ تُعْطَ ، وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ . فَأَقُولُ يَا رَبِّ أُمَّتِى أُمَّتِى . فَيَقُولُ انْطَلِقْ فَأَخْرِجْ مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ أَدْنَى أَدْنَى أَدْنَى مِثْقَالِ حَبَّةِ خَرْدَلٍ مِنْ إِيمَانٍ ، فَأَخْرِجْهُ مِنَ النَّارِ . فَأَنْطَلِقُ فَأَفْعَلُ
Mereka mendatangi ‘Isa. ‘Isa lantas berkata, “Aku tidak pantas memberikan syafa’at tersebut. Hendaklah kalian mendatangi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata, “Mereka lantas mendatangiku. Aku memang pantas memberikan syafa’at tersebut. Aku lantas meminta izin pada Rabbku. Allah pun memberikan izin padaku. Aku mendapatkan ilham untuk bisa memuji-Nya yang tak bisa kuhadirkan saat ini. Aku memuji-Nya dengan pujian tersebut. Aku pun tersungkur sujud di hadapan-Nya.”
Allah berfirman, “Wahai Muhammad, angkat kepalamu. Permintaanmu akan didengar. Mintalah, engkau akan diberi. Berilah syafa’at, syafa’atmu akan diperkenankan.” Aku pun berkata, “Wahai Rabbku, umatku, umatku.”
Lalu disebutkan, “Keluarkanlah (dari neraka) yang masih memiliki iman dalam hatinya seberat gandum.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Lalu hal itu terlaksana. Aku pun kembali menyanjung-Nya dengan pujian tadi. Aku pun tunduk sujud.” Allah berfirman, “Angkatlah kepalamu. Permintaanmu akan didengar. Mintalah, engkau akan diberi. Berilah syafa’at, syafa’atmu akan diperkenankan.”
Aku pun berkata, “Wahai Rabbku, umatku, umatku.” Lalu disebutkan, “Keluarkanlah (dari neraka) yang masih memiliki iman dalam hatinya sebesar biji sawi.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Lalu hal itu terlaksana. Aku pun kembali menyanjung-Nya dengan pujian yang tadi. Aku pun tunduk sujud.” Allah berfirman, “Angkatlah kepalamu. Permintaanmu akan didengar. Mintalah, engkau akan diberi. Berilah syafa’at, syafa’atmu akan diperkenankan.”
Aku pun berkata, “Wahai Rabbku, umatku, umatku.” Lalu disebutkan, “Keluarkanlah yang masih memiliki iman dalam hatinya yang lebih kecil dari biji sawi. Keluarkanlah ia dari neraka. Hal itu pun terlaksana.” (HR. Bukhari no. 7510 dan Muslim no. 193)
Dalam riwayat lain disebutkan,
ثُمَّ أَعُودُ الرَّابِعَةَ فَأَحْمَدُهُ بِتِلْكَ ، ثُمَّ أَخِرُّ لَهُ سَاجِدًا فَيُقَالُ يَا مُحَمَّدُ ارْفَعْ رَأْسَكَ وَقُلْ يُسْمَعْ ، وَسَلْ تُعْطَهْ ، وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ . فَأَقُولُ يَا رَبِّ ائْذَنْ لِى فِيمَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ . فَيَقُولُ وَعِزَّتِى وَجَلاَلِى وَكِبْرِيَائِى وَعَظَمَتِى لأُخْرِجَنَّ مِنْهَا مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ
“Kemudian aku kembali untuk keempat kalinya. Aku memuji-Nya dengan pujian tadi. Aku pun sujud di hadapan-Nya. Disebutkan, “Wahai Muhammad. Angkatlah kepalamu. Permintaanmu akan didengar. Mintalah, engkau akan diberi. Berilah syafa’at, syafa’atmu akan diperkenankan.” Aku pun berkata, “Wahai Rabbku, izinkanlah aku memberikan syafa’at pada orang yang mengucapkan ‘laa ilaha illallah’.” Allah berfirman, “Demi keagungan-Ku dan kebesaran-Ku, sungguh aku akan keluarkan dari neraka orang yang mengucapkan laa ilaha illallah.” (HR. Bukhari no. 7510).

Penjelasan:

Hadits ini adalah hadits yang mulia yang disebut dengan hadits syafa’at, berisi hadits yang panjang. Hadits ini jadi argument yang kuat bagi Ahlus Sunnah, yang membantah pemikiran sesat Khawarij dan Mu’tazilah yang berpendapat bahwa pelaku dosa besar (al kabair) kekal dalam neraka.

Beberapa faedah dari hadits di atas:

1- Riwayat yang ada menunjukkan bahwa Nabi itu hadir kala pemberian syafa’at, karena didukung dengan pernyataan mendengar dan melihat dalam hadits.
2- Boleh adanya pengajaran dengan pemberian isyarat sebagaimana isyarat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan jari-jemari.
3- Begitu mengerikan keadaan pada hari kiamat.
4- Kemarahan Allah pada hari kiamat begitu dahsyat, yang tidak didapati kemarahan-Nya sebelumnya atau sesudahnya seperti itu.
5- Yang meminta syafa’at kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang-orang beriman.
6- Ada enam Nabi yang disebutkan dalam hadits ini di mana mereka semua dimintai syafa’atnya, yaitu Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, ‘Isa, dan Muhammad. Lima nabi yang disebut terakhir disebut dengan para Nabi ‘Ulul ‘Azmi.
7- Dalam hadits disebutkan keutamaan masing-masing Rasul.
8- Dalam hadits disebutkan uzur masing-masing Nabi yang tidak bisa memberikan syafa’at.
9- Mulianya Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dari para Nabi dan Rasul lainnya.
10- Adanya syafa’at untuk orang-orang yang menunggu persidangan di padang mahsyar yaitu segera diberikan keputusan. Syafa’at ini disebut dengan Syafa’atul ‘Uzhma yang hanya diberikan khusus pada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Inilah yang disebutkan dalam firman Allah,
عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا
Mudah-mudahan Rabb-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS. Al Isra’: 79)
11- Adanya syafa’at yang ditujukan pada pelaku dosa agar mereka keluar dari neraka dan masuk dalam surga. Syafa’at ini diberikan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, oleh Nabi lainnya, termasuk pula diberikan pada malaikat dan orang beriman.
12- Berulangnya syafa’at Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada pelaku dosa dari umatnya.
13- Hadits ini membantah golongan Khawarij dan Mu’tazilah yang mengingkari adanya syafa’at.
14- Mendekatkan diri pada Allah, bentuknya adalah dengan sujud dan memuji-Nya.
15- Allah memberikan ilham pada Nabinya Muhammad dengan sanjungan yang tidak dikenal oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam saat di dunia.
16- Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam benar-benar dimuliakan oleh Rabbnya. Beliaulah makhluk termulia dan paling bertakwa di antara manusia. Disebutkan dalam ayat,
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat: 13).
17- Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah memberikan syafa’at sampai beliau mendapatkan izin dari Allah. Disebutkan dalam ayat,
مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ
Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya.” (QS. Al Baqarah: 255).
18- Orang beriman bertingkat-tingkat imannya.
19- Iman itu bertambah dan berkurang.
20- Sebab selamat dan keluar dari neraka adalah tauhid dan iman.
21- Bolehnya mengumpamakan sesuatu yang sifatnya maknawi dengan pengungkapan yang sifatnya inderawi.
22- Keutamaan kalimat tauhid ‘laa ilahaa illallah’. Kalimat laa ilaha illallah menjadi sebab tidak kekal dalam neraka.
23- Penetapan keagungan dan kebesaran Allah.
24- Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat Allah ketika beliau meminta syafa’at. Sebagaimana disebutkan dalam riwayat lain,
فَإِذَا رَأَيْتُ رَبِّي خَرَرْتُ لَهُ سَاجِدًا
Aku melihat Rabbku dan aku tersungkur sujud di hadapan-Nya.” (HR. Al Hakim no. 82 dan ia menshahihkannya, lalu disepakati pula oleh Adz Dzahabi, dari hadits ‘Ubadah bin Ash Shamit radhiyallahu ‘anhu).
Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah untuk memiliki akidah yang benar.

Sumber :  Rumaysho.Com

1 komentar: