Cinta    (love) secara bahasa adalah suka sekali dan senang sekali.  
Cinta   secara  istilah ialah rasa kasih sayang yang muncul dari lubuk  
hati yang    terdalam untuk rela berkorban, tanpa mengharap imbalan  
apapun, dan   dari  siapapun kecuali imbalan yang datang dan diridhoi  
Allah.
Dalam    Islam, kasih sayang adalah identitas dan asas iman. Hal itu  
merupakan    bukti pengaruh agama terhadap hati nurani, seperti halnya  
ia juga    merupakan kesaksian jiwa manusia yang menurut term (istilah) 
 Islam belum    akan diakui beragama bila ia tidak memiliki perasaan  
kasih sayang.
Allah    berfirman: Katakanlah: “Jika bapa-bapa (para pembesar dan nenek
     moyang), anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum 
keluargamu,     harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu 
khawatirkan     kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, lebih 
kamu cintai     daripada mencintai Allah dan Rasulnya, maka tunggulah 
sampai Allah     mendatangkan keputusan (azab/siksaan)-Nya, dan Allah 
tidak memberi     petunjuk kepada orang-orang yang fasik.( Al-Qur’an 
Surat At-Taubat, 9:     24)
CINTA TERHADAP SANG PENCIPTA (HABLUN MIN ALLAH)
Sebagai    manifestasi dari kesadaran sebagai makhluk Allah, manusia  
berusaha    untuk selalu mengadakan hubungan baik dengan Allah, berupa  
hubungan    ritual (ibadah) dengan-Nya. Dalam sistim ritus ini,  
seseorang pemeluk    agama merasa yakin bahwa dengan selalu mengadakan  
hubungan baik dengan    Tuhan, maka hidupnya akan baik. Dengan kata  
lain, bahagia tidaknya  hidup   seseorang adalah tergantung kepada  
hubungan baik tidaknya  terhadap   Allah. 
Cinta kepada Allah adalah cinta  makhluk atau   hamba kepada Khalik  
(Penciptanya), dengan jalan mengakui  tanpa ragu akan   kebesaran-Nya,  
dan mematuhi secara konsekwen segala  titah-Nya. Apa  yang   
diperintahkan-Nya dilaksanakan, dan apa-apa yang  dilarang-Nya    
dihindari. Cinta terhadap Allah ini tidak bisa terlepas  dari yang    
disebut sebagai akhlak, keimanan, dan tauhid.
CINTA TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP
Lingkungan    hidup, yang berupa alam sekitar, baik berupa udara, air,  
   tumbuh-tumbuhan, hewan, dan lain-lain merupakan prasarana kehidupan  
yang    harus tetap terpelihara keserasiannya. Maka segala yang dapat  
merusak    lingkungan harus dicegah, karena dapat berakibat kehidupan  
yang tidak    bersih, tidak tertib, dan tidak aman. Itulah sebabnya  
Islam melarang,    bahkan mengutuk orang-orang yang melakukan kegiatan  
yang dapat  merusak   lingkungan.
Islam mengajarkan ummatnya agar  mengasihi   semua binatang dan melarang
  ummatnya untuk menyiksa  binatang. Karena   binatang adalah juga  
makhluk ciptaan Allah. Tidak  membunuh mereka untuk   kesenangan, dan  
tentu saja tidak boleh melukai  dan menyiksa mereka.   Bahkan sebagai  
salah satu sumber makanan, kita  juga harus menghormati   mereka dengan 
 berdo’a, dengan tidak membunuh  mereka lebih dari yang kita   makan.
Islam dalam ajarannya  mengatakan, bahwa manusia   merupakan bagian yang
  tak terpisahkan dari  alam semesta yang saling   dukung-mendukung  
dengan seluruh bagian alam  itu, dan karena   individu-individu manusia 
 merupakan bagian yang tak  terpisahkan dan   secara laras bekerja sama 
 dengan seluruh alam semesta  ini, maka tidak   boleh ada 
ketidakserasian  antara mereka satu sama  lain.
CINTA TERHADAP SESAMA MANUSIA (HABLUN MIN ANNAS)
Dalam    ajaran Islam, cinta terhadap sesama manusia tidak bisa lepas  
dari  rasa   cintanya terhadap penciptanya. Karena dalam ajaran Islam,  
cinta   terhadap  Tuhan yaitu terhadap Allah SWT, juga berarti cinta  
terhadap   sesama  manusia sebagai ciptaan-Nya. Karena hal ini berkaitan
  dengan   yang  namanya akhlak.
Rasa cinta terhadap sesama manusia   tidak  bisa lepas dari kemanusiaan.
  Pandangan Islam menyatakan, bahwa    kemanusiaan itu merupakan satu  
kesatuan, berbeda-beda bagiannya untuk    membentuk satu masyarakat,  
berjenis-jenis dalam keserasian, dan    berlainan pendapat untuk saling 
 melengkapi satu sama lain dalam mencapai    tujuan, supaya dengan 
begitu  ia cocok pula untuk saling melengkapi    dengan alam, untuk 
membentuk  wujud yang satu pula. Sebagaimana Allah    berfirman, yang 
artinya:  “Wahai manusia, sesungguhnya kami menciptakan    kamu sekalian
 dari  seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan    menjadikan kamu 
sekalian  berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu    sekalian 
saling  mengenal. Sesungguhnya orang-orang yang paling mulia di    
antara kamu  sekalian  di sisi Allah ialah orang-orang yang paling  
takwa   di antara  kamu sekalian. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui 
lagi  Maha    Mengenal. ( Q.S. Al-Hujurat: 13).
Pada prinsipnya,  cinta   terhadap sesama manusia adalah dengan  
tolong-menolong, kenal  mengenal   (saling mengenal) dan keserasian.  
Menurut pandangan Islam,  rasa cinta   terhadap sesama manusia bisa  
diwujudkan, salah satunya  dengan keadilan   dan persamaan derajat di  
antara manusia.
CINTA ANTARA LAKI-LAKI DENGAN PEREMPUAN DALAM SUDUT PANDANG ISLAM
Cinta    antara muda-mudi di dalam Islam adalah cinta yang  dilandasi 
rasa    ketaqwaan terhadap Allah SWT, dengan mentaati  
perintah-perintahNya dan    menjauhi larangan-laranganNya, dan disertai 
 akhlak yang baik. Cinta    harus disertai akhlak yang baik, dikarenakan
  hubungan cinta muda-mudi    sangat dekat dengan perbuatan zina. Tanpa 
 akhlak yang baik akan sulit    menghindari zina. Dalam Islam, 
perzinahan  adalah salah satu dosa yang    sangat besar karena bukan 
hanya merusak  akhlak orang yang melakukannya    saja tetapi juga orang 
lain. Allah  brfirman dalam Al-Qur’an: “Dan    janganlah kamu sekalian 
mendekati  zina, sesungguhnya zina itu adalah    suatu perbuatan yang 
keji dan  suatu jalan yang buruk.”(Q.S. Al-Isra, 17:    32).
Cinta (love) yang tidak dilandasi rasa ketaqwaan    kepada Allah, akan  
memunculkan cinta buta. Sebagaimana yang sering    dikatakan orang “  
Love is blind (cinta adalah buta)”. Adapun yang    membuat cinta itu  
buta adalah jika kita mencintai seseorang karena    hal-hal yang  
duniawi, karena harta, tahta/kedudukan/jabatan,    ketampanan/kecantikan
  dan yang sejenisnya. Cinta macam ini hanya bisa    bertahan jika  
penyebabnya masih ada. Jika seseorang mencintai    dikarenakan  
ketampanan/kecantikannya, maka, bagaimanakah jika orang    tersebut  
tidak lagi tampan/cantik?
Sebaliknya, cinta itu    tidak buta, alias melek (melihat), jika  
dilandasi iman dan rasa taqwa    kepada Allah SWT. Oleh karena itu, jika
  kita ingin memiliki cinta yang    murni, tulus, dan abadi dari  
seseorang, tentu kita memerlukan penyebab    yang membuatnya demikian.  
Dalam suatu hadits dikatakan, bahwa  seseorang   laki-laki menikahi  
seorang perempuan itu karena empat hal,  yaitu: (1)   karena  
kecantikannya, (2) karena kekayaannya, (3) karena  keturunannya,   dan  
(4) karena ketaqwaannya. Maka ambillah yang keempat,  yaitu karena    
ketaqwaannya, karena, itu akan menjamin hidupnya.
Jika  hadits di   atas dikaitkan dengan cinta, maka, jika kamu ingin  
mencari  cinta yang   abadi, cintailah seseorang dikarenakan  
keimanannya.
Cinta    sejati adalah rasa kasih sayang yang muncul dari lubuk hati  
yang    terdalam untuk rela berkorban, tanpa mengharapkan imbalan  
apapun, dan    dari siapapun kecuali imbalan yang datang dan diridhoi  
oleh Allah. Cinta    juga merupakan suatu identitas dan asas iman,  
karena kita mencintai    sesuatu atau seseorang karena Allah  
mencintainya.
Cinta sejati    bukanlah mengenai hal-hal yang bersifat duniawi semata. 
 Cinta sejati    berasal dari hati nurani, dan cinta sejati  haruslah  
tulus dan ikhlas.    Cinta yang berasal dari hati nurani akan selalu ada
  walaupun salah satu    pihak tidak cantik lagi, tidak tampan lagi,  
tidak seksi lagi dan  tidak   kaya lagi.
Dalam hubungan seks bebas atau  pergaulan  bebas,  para pelakunya sama  
sekali tidak menghargai cinta.  Mereka secara  sadar  atau tidak sadar  
menganggap, bahwa cinta adalah  suatu hal yang  sia-sia,  karena yang  
mereka cari hanyalah kepuasan  sesaat saja dan  mereka tidak  peduli  
dengan akibat-akibat dan dosa-dosa  yang akan timbul  karena  perbuatan 
 mereka itu. Mereka tidak peduli  akan azab-azab dan   cobaan-cobaan 
yang  akan ditimpakan oleh Allah  akibat dari perbuatan   dosa-dosa yg 
dia  lakukan dalam kehidupannya,  baik di dunianya maupun di   
akhiratynya.  Hubungan seks hanya boleh  dilakukan oleh pasangan yang   
telah terikat  tali pernikahan. Karena  salah satu tujuan dari 
pernikahan   adalah  sebagai penyaluran nafsu  syahwat dengan cara yang 
diridhoi  Allah.   Penyaluran nafsu syahwat yang  tidak sesuai dengan 
sunnah  Rosulullah,   yakni penyaluran nafsu yang  menyimpang dari 
ajaran Allah   (aturan-aturan  Allah), maka akan  mendatangkan azab dan 
cobaa-cobaan   yang bertubi-tubi  dari Allah.
Sumber : http://nurhadi-smpn1wanareja-cilacap.blogspot.co.id/







0 komentar:
Posting Komentar